Epidemi Narsisme
Dec
04
Kamis, 4 Desember 2009
Wew, jangan-jangan kita juga sudah terjangkit wabah narsisme ini ya? Coba deh, di Indonesia juga kita melihat gejala-gejala itu sudah mulai ada, setidaknya klo kita melihat merebaknya dunia cyber yang berkaitan dengan penonjolan diri sendiri semacam: facebook, twitter, ataupun jejaring sosial yang lain yang mulai merambah segala usia. Belum lagi Youtube [ingat semboyan Youtube: "broadcast your-self"] atau My Space ["My space is your space-express who you are"]. Hayoo..., ngaku, berapa kali sehari kita posting di facebook? ;))
Sebenernya, percaya diri yang secukupnya itu juga ndak salah, penting malah... Cuma, klo berlebihan, itulah yang bisa menimbulkan masalah... Terutama karena berakibat akan hilangnya empati terhadap orang lain. Nah, ini yang mesti diwaspadai. Apa jadinya sebuah masyarakat klo individu-individu di dalamnya sudah hilang rasa empatinya?
Yang jelas, fenomena narsisme di Indonesia sih keliatan menonjol di masa kampanye menjelang pemilu, entah itu pemilu legislatif ataupun pemilu ketua RW. Lihat aja bagaimana para calon memajang foto-foto mereka disertai dengan slogan-slogan yang merayu. Padahal, ngeliat foto-foto [yang kadang ndak ada sisi estetikanya :p] boro-boro menarik orang untuk memilih. Lah gimana mau kenal si calon dari fotonya, wong kartu suaranya aja ndak ada fotonya... =))
Orang secara umum memang masih melihat segala sesuatu dari "kulit"-nya. Senang dengan sesuatu yang "semu". Citra mendahului kenyataan. Yang penting adalah apa yang nampak dari luar, ketimbang apa yang jadi intisari masalah.
Nah, gimana? Masih mau menjadi narsis? :-)
0 comments:
Post a Comment